Tuesday, August 15, 2006

Dia...

Apa juga yang terjadi, itulah adalah pilihanku. Masih menyimpan ingatan padanya biarpun berbelas tahun lamanya aku cuba melupakan kisah yang pernah terjadi dalam lipatan hidupku.

Bagaimana aku mengenalinya? Dari teman-temanku juga. Watak, cara, gaya dan kebisuannya. Hanya dari ekor pandanganku aku menelusuri dirinya. Jazz, YSL bau yang tidak terlupakan olehku. Mungkin dipakai jua oleh orang lain tapi amat sinonim dengan dirinya.

Ketika tangan sasanya merangkul pinggangku, menarikku dekat dalam rangkulannya dari belakang. Satu perasaan yang tidak dapat kugambarkan dalam tulisan maupun luahan. Bau yang menyatu dengan dirinya. Dengan elusan jejarinya menari ketanganku memberiku satu perasaan yang tidak pernah kuberitahu walau padanya sekalipun.

Kini aku hanya mampu mengimbau kembali saat itu. Disaat alunan musik bergema, disaat teman bergelak ketawa, disaat pemuda pemudi rancak tenggelam dengan irama. Aku dibawa jauh dalam ilusi didalam pelukan tangan sasa yang hingga kini kurindu. Hanya itu yang dapat kulakukan kini.

Dia tidak lagi memanggilku dengan nama sayang, dia tidak lagi mengusik, dia tidak lagi memanggilku ‘bucuk’. Kala ini airmataku gugur merinduinya. Aku tahu aku tak mungkin mengapai awan tetapi aku masih ingin melawan arus, mengapai pelangi. Namun pelangi hilang setelah mentari bersinar penuh menyinari kehidupannya yang penuh dengan gelak tawa anak-anak dan tersayang.

Sedang aku tersasar sendiri, sepi melayan perasaan yang tak karuan. Kau… yang dulu kedinginan, tak lagi keseorangan, kau… datang dalam hidupku menyalakan harapan baru, sungguh aku terharu dengan pengorbanan mu, rela terbakar demi sebuah cinta. Kau lilin cintaku, memberi nafas baru didalam dunia hatiku yang kegelapan….

Tersungkur dalam dakapan rindu dan terus menjalin awan agar ia terus ceria menyinari semua yang memerlukannya

No comments: